...
0
0

3 Cara Menghadapi Anggota Keluarga Toxic

avatar Salsabila A 08 Jan 2020 7 Pembaca
08 Jan 2020 7 Pembaca

Kumpul keluarga besar seperti sudah jadi tradisi kebanyakan orang, apalagi di Indonesia. Momen natal, lebaran, atau hari-hari besar keagamaan lainnya biasanya jadi waktu yang dimanfaatkan buat temu-kangen sama keluarga besar. Biasanya, seperti di film-film keluarga harmonis pada umumnya, momen kumpul keluarga ini jadi hal yang seru dan dinanti-nanti. Tapi, faktanya gak semua orang kaya gitu loh. Ada yang justru sangat menghindari kumpul keluarga besar karena mau gak mau harus dihadapkan sama anggota keluarga yang hobinya mengkritik dan memberikan energi negatif, atau istilah lainnya disebut juga dengan nama toxic family.

 

Baca Juga: Tanda Kamu Butuh Bantuan Psikolog


Emang, yang kaya gimana sih toxic family itu? Kalau versinya Science of People, orang-orang toxic ini adalah mereka yang suka mengatur hidup orang lain, manipulatif dan egois, punya sikap narsistik, drama abis, mudah menghakimi, merasa paling benar, dan bisa merubah situasi menjadi suram. Orang toxic ini juga bisa ada di mana aja. Bisa di keluarga, hubungan pertemanan, atau bahkan pasangan kamu sendiri.

Menghadapi orang-orang toxic ini juga gak gampang. Apalagi kalau keluarga sendiri yang mau gak mau bakal sering ketemu. Buat kamu yang merasakan ini juga, gak usah khawatir. Psikolog Ibunda Alexandra Gabriella punya beberapa tips yang bisa kamu coba untuk menghadapi anggota keluarga toxic.

Gak Perlu Menghindar

Berhadapan sama seseorang yang manipulatif memang melelahkan, tapi bukan berarti kita bisa melepas hubungan gitu aja, apalagi sama keluarga sendiri. Yang bisa kamu lakukan adalah dengan membuat batasan, dan kurangi intensitas interaksi kamu dengan dia. Tak perlu menghindar, tapi cukup anggaplah perlakuan mereka sebagai perlakuan yang gak bermakna dan gak bisa mempengaruhi kamu.

Berikan Jawaban Tegas

Kalau dia sudah memberikan banyak kritik yang semakin membuat kamu gak nyaman, kamu juga bisa memberikan jawaban-jawaban yang bersifat kalimat tertutup biar dia gak banyak berkomentar lagi. Misalnya, ketika sepupu kamu bilang “eh, sekarang gendutan ya?” cukup jawab dengan “terima kasih sudah memperhatikan”. Buat dia gak bisa berkutik dengan respon yang kamu berikan.

Arahkan ke Obrolan yang Lebih Positif

Kalau si orang toxic mulai bikin suasana semakin suram gara-gara komentar-komentarnya yang negatif, kamu bisa coba memulai topik pembicaraan yang lebih positif. Misalnya “eh, harga bawang merah lagi naik ya? kira-kira kenapa sih?”, “jadi, menurut kamu bumi itu datar apa bulat?” atau pertanyaan lainnya yang gak bisa dia jawab pake komentar-komentar negatifnya.

 

Baca Juga: Dekorasi Natal Ternyata Ada Manfaat Psikologisnya! Cek Di Sini!

 

Nah, itulah beberapa tips yang bisa kamu lakukan buat menghadapi anggota keluarga toxic. Selain itu, penting juga nih untuk kita belajar mengasah empati. Bayangin deh, di balik komentar pedas om atau tante, ada cerita tentang perjuangan dia melawan kepahitan hidupnya yang kita gak tau. Begitu pun dengan sepupu atau kerabat toxic kita yang lain, siapa tau ternyata dia sedang bergelut dengan ketidakpercayaan dirinya yang akhirnya membuat dia mengalihkan hal itu ke orang lain. Cobalah latih diri kamu untuk memperkaya sudut pandang dan belajar berempati untuk menjaga hubungan baik kamu dengan orang-orang terkasih di dekatmu. Karena, gak ada orang yang benar-benar sempurna kan?

Soal emosi mereka, biarlah itu menjadi tanggung jawab mereka. Kamu berhak merasa aman dan nyaman tanpa perlu menggantungkan diri dengan mood orang lain. Kamu juga berhak untuk gak memberikan ruang pada orang lain yang bisa beresiko membahayakan kamu, secara fisik maupun emosional. Terakhir, jangan lupa juga buat cek diri dulu, jangan-jangan justru kita yang menjadi toxic buat orang lain?

Kategori :

Masih Mau Baca-Baca Lagi?
Coba Cek Artikel Ini!

Anak & Remaja , Masalah Diri , Masalah Emosi , Perilaku Psikolog Anak Bukan Sekedar untuk Anak yang Memiliki Gangguan

Mayoritas orang berpikir, psikolog anak diperlukan hanya ketika anak mengalami kesulitan belajar, gangguan emosi, ataupun permasalahan perilaku yang s ...

Anak & Remaja , Masalah Diri , Masalah Emosi , Trauma Fatherless: Ketidakhadiran Ayah Bisa Memicu Luka Inner Child

Seseorang yang tumbuh dewasa tanpa figur Ayah seringkali merasakan ada bagian dari dirinya yang hilang. Meskipun Ibu berusaha sangat keras mengambil a ...

Hubungan Relasi , Masalah Diri , Masalah Emosi , Perilaku Mengapa Kehilangan Sahabat Lebih Menyakitkan Dibanding Putus Cinta?

Berbeda dengan putus cinta, kehilangan sahabat seringkali menimbulkan kesepian mendalam dan trauma yang sulit sembuh. Selain keluarga, sahabat adalah ...

Komentar ( 0 )

Silakan verifikasi email '' untuk menggunakan layanan Ibunda.id