Saat mengalami peristiwa yang traumatis, seperti mendapatkan kekerasan sewaktu kecil atau ditinggal pergi orang tersayang, kita cenderung berusaha untuk mengabaikannya dengan harapan akan lupa seiring waktu.
Namun, alih-alih terlupakan, kita justru masih terus teringat dengan memori dan rasa trauma tersebut saat berhadapan dengan situasi atau kondisi yang menjadi pemicunya.
Melalui riset neurosains hal ini ternyata ada penjelasannya, namun sebelum membahasnya lebih lanjut. Kita perlu pahami dulu bagaimana mekanisme memori terbentuk.
Asal Pembentukan Memori
Beberapa ahli mendefinisikan memori sebagai proses pikiran dalam memahami, menyimpan, dan mengingat informasi.
Suatu memori akan terbentuk apabila kita mengingat dan memproses suatu peristiwa, sehingga menyebabkan neuron dalam otak mengirim sinyal satu sama lain dan menciptakan suatu jaringan atau koneksi.
Semakin seseorang sering mengingat dan memikirkan memori tersebut, maka semakin kuat koneksi saraf yang terbentuk. Kenangan biasanya tetap ada selama seseorang memanggilnya kembali.
Mekanisme ini juga berlaku pada memori negatif dan traumatis.
BACA JUGA: Childhood Trauma, Trauma Masa Kecil yang Bertumbuh Sampai Dewasa
Memori Buruk Sulit Dilupakan
Saat menginjak usia dewasa kita mungkin mulai menyadari bahwa berbagai memori negatif sering mengganggu dan menginterupsi keseharian kita, sehingga kita terus mendorong diri untuk melupakannya.
Namun, terkadang kita kalah, sebab memori tersebut terus berputar berulang kali dan terus jelas dalam ingatan kita sekalipun kita tidak menginginkannya.
Hal ini disebabkan karena dua hal.
Jaringan memori yang kuat
Saat merasakan trauma dulu kita mungkin tidak sadar jika terus tenggelam dalam peristiwa tersebut.
Ketika kita mengunjungi kembali memori, neuron yang menyimpan peristiwa tersebut menjadi fleksibel lagi. Oleh sebab itu, ingatan tersebut menjadi lebih kuat dan lebih jelas seiring waktu.
Bias negatif otak
Melalui teori evolusi, nenek moyang kita dahulu tumbuh dalam suasana yang waspada akan bahaya sebagai salah satu cara bertahan hidup.
Begitu pula dengan mekanisme otak kita saat ini, secara tidak sadar kita akan lebih mementingkan berbagai kemungkinan dan konsekuensi negatif dari suatu peristiwa.
Oleh sebab itu, emosi negatif dalam memori traumatis terus hadir sebagai respon bahwa kita waspada yang memperingati kita akan kemungkinan buruk di masa depan.
BACA JUGA: Kenapa Orang Dewasa Banyak Menyimpan Trauma?
Cara Melupakan Memori Buruk
Anehnya, melupakan bukanlah cara yang tepat menurut para ahli. Sebab, memori tersebut sudah terlanjur memiliki fleksibilitas yang tinggi.
Oleh sebab itu, yang bisa kita ubah saat ini adalah pada cara kita dalam merespon memori tersebut. Maka, jawabannya adalah berdamai dengannya.
Ada banyak teknik yang bisa kamu gunakan untuk mengelola emosi apabila memori itu sering menghampirimu, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut.
Meditasi atau mindfulness
Mengatur napas dan relaksasi
Mengucapkan mantra penenang
Membayangkan memori positif
Apabila cara tersebut tidak cukup efektif, lebih baik mulai temukan bantuan dari ahli atau profesional ya! Memang prosesnya akan membuatmu tidak nyaman.
Tapi itu hal yang normal kok. Sebab kapanpun kamu memulainya, rasa tidak nyaman memang harus dihadapi. Namun, seiring waktu kamu akan pulih dan merasa lebih tenang dan damai.
Kamu bisa temukan layanan konseling dengan ahli secara tatap muka atau online melalui website ibunda.id.
Klik disini untuk dapatkan jadwalnya yaa!
Referensi:
Medical News Today
Mayoritas orang berpikir, psikolog anak diperlukan hanya ketika anak mengalami kesulitan belajar, gangguan emosi, ataupun permasalahan perilaku yang s ...
Seseorang yang tumbuh dewasa tanpa figur Ayah seringkali merasakan ada bagian dari dirinya yang hilang. Meskipun Ibu berusaha sangat keras mengambil a ...
Berbeda dengan putus cinta, kehilangan sahabat seringkali menimbulkan kesepian mendalam dan trauma yang sulit sembuh. Selain keluarga, sahabat adalah ...
Silakan verifikasi email '' untuk menggunakan layanan Ibunda.id