Kesalahpahaman, perbedaan zaman, hingga jarak usia bisa jadi faktor anak tidak cocok dengan orang tuanya. Namun, bukan berarti kita bisa menilai dan menyebut mereka dengan sebutan toxic parents.
Psikolog Maria Rayna kali ini ingin membagikan tanggapannya mengenai toxic parents disisi anak dan juga disisi sebagai orang tua.
BACA JUGA: Jadi Anak Rantau Nggak Seasik Itu!
Toxic Parents
Istilah toxic parents mengacu pada orang tua yang menyakiti anak secara fisik, verbal, atau emosional. Memang batasannya seringkali membingungkan dan nggak ada definisi yang lebih kongkret lagi. Namun setidaknya ada 3 hal yang bisa kamu pertimbangkan:
-Memarahi anak mungkin saja karena memang pernah salah
-Kurang memahami posisi anak mungkin saja karena zaman yang sudah berbeda
-Barangkali anak perlu sedikit bersabar untuk menyampaikan maksud dan tujuannya
BACA JUGA: Ketika Menghukum Diri Lebih Mudah daripada Mengapresiasinya
Jadi, beberapa poin ini mungkin aja jadi bahan refleksi kita untuk nggak menyalahkan orang lain terus menerus.
Beberapa Contoh Gambaran dari Toxic Parents
Meskipun begitu, ada beberapa hal yang bisa jadi pertimbangan batasan untuk kamu juga bisa melindungi diri. Setidaknya beberapa poin ini bisa menggambarkan keadaan toxic parents
Memanipulasi anak untuk kepentingan dirinya
Selalu mengabaikan emosi anak dan akan berbalik menyalahkan anak
Menyalahkan atau mengancam anak atas situasi buruk yang terjadi
Mengontrol agar anak melakukan kemauan orang tua, sebaliknya menghina jika anak tidak patuh
Menyikapi Ketidakcocokan dengan Orang Tua
Terhadap komunikasi dengan orang tua, sebaiknya anak bertindak sopan dengan tetap mementingkan batasanmu sendiri. Kalau nggak cocok, kamu bisa mencoba beberapa argumen ini untuk tetap sopan kepada orang tua:
BACA JUGA: Perasaan yang WAJAR Muncul Ketika Patah Hati
“Terima kasih buat sarannya, Ayah. Nggak apa-apa kalau ayah belum cocok dengan pilihan hidupku. Namun, aku akan sangat bahagia jika ayah membiarkanku memutuskan dan menjalaninya sendiri”
“Maaf ya Mah, tapi kalau aku diperlakukan dengan buruk, aku perlu membela diri”
Untuk anak, ada pentingnya juga kita sedikit lebih melapangkan dada saat berkomunikasi dengan orang tua. Buatmu yang sudah menjadi orang tua, yuk coba berdiskusi dengan anak menggunakan zaman dan cara anak saat ini, biar kita bisa jadi teman mereka.
Butuh berdiskusi lebih dalam dengan psikolog Rayna seputar hubungan keluarga, anak dan orang tua serta pasangan? Kamu bisa booking sesi konselingnya sekarang dan menentukan jadwalnya sendiri disini.
Setiap pengalaman traumatis masa kecil dapat menciptakan luka inner child yang bertahan hingga seseorang dewasa. Tanda awalnya adalah seseorang akan s ...
Mayoritas orang berpikir, seseorang yang mengalami kecemasan hanya akan menunjukkan kekhawatiran dan kegelisahan. Padahal, ketika kecemasan muncul tub ...
Sedih dalam jangka panjang bisa jadi tanda seseorang mengalami depresi. Namun, faktanya tidak semua depresi dicirikan dengan suasana hati yang selalu ...
Silakan verifikasi email '' untuk menggunakan layanan Ibunda.id
Waahhh