...
0
0
Anak & Remaja , Hubungan Relasi , Parenting , Pengembangan Diri , Perilaku

Childhood Emotional Neglect, Luka Pengabaian Emosional Masa Kecil

avatar Athiya Nur Azzahra 24 Oct 2022 624 Pembaca
24 Oct 2022 624 Pembaca

Sewaktu kecil, kamu pernah nggak waktu cerita ke orang tua tapi mereka malah sibuk melakukan hal lain? Atau kalau kamu merasa sakit hati karena kalah dalam permainan, orang tuamu justru bilang kamu “cemen” atau lemah?


Misalnya lagi, stigma yang sering beredar ketika kita masih kecil adalah ketika orang tua sering bilang “jangan nangis kan kamu jagoan, masa gitu aja nangis!” Nah, salah satu bentuk gambaran pengabaian emosi dengan tidak menerima perasaan anak sewaktu kecil ini akan berdampak hingga masa dewasa dan menyebabkan seseorang tidak bisa berempati dengan orang lain. 


Selain itu, kebiasaan membiarkan atau mengabaikan emosi anak juga bisa membentuk seseorang terlalu impulsif dalam melakukan sesuatu. Yup, ini adalah contoh nyata gambaran dari Childhood Emotional Neglect, alias pengabaian emosi pada anak. 


BACA JUGA: Smiling Depression, Depresi Kok Senyum?


Dampak Penelantaran Emosi Anak

Gejala atau akibat dari pengabaian emosi saat anak-anak kecil bisa diukur dari yang kecil ke yang sudah “urgent” seperti depresi. Beberapa dampak kecil seperti:


Rendahnya harga diri anak yang menyebabkan ketidakpercayaan diri

Mudah merasa malu dan takut mencoba sesuatu 

Cenderung memiliki perilaku yang agresif

Mudah memiliki kecenderungan depresi atau bahkan PTSD


Selain itu, dengan tidak terbiasanya memiliki simpati kepada diri sendiri dan orang lain, anak yang tumbuh dalam situasi seperti ini akan beranggapan bahwa tidak penting untuk menerima emosi yang muncul. Pola asuh ini juga berkemungkinan untuk melakukan hal yang sama terhadap generasi selanjutnya dan menjadi lingkaran yang tidak pernah putus.


Penyebab Childhood Emotional Neglect

Orang memiliki kecenderungan untuk memiliki kecenderungan neglected ini bisa saja dulunya merupakan seorang dewasa yang memiliki pengalaman buruk. Selain itu, mungkin aja memiliki depresi atau gangguan mental lainnya.


Selain itu, faktor lainnya juga bisa dari kurangnya pemahaman terkait pentingnya pengasuhan orang tua dan juga belum siapnya mental untuk menjadi orang tua. 


BACA JUGA: Hal yang Dirasakan Anak Saat Ortu Menikah Lagi


Treatment atau Terapi yang Bisa Dilakukan

Beberapa terapi bisa dimulai dengan terapi keluarga. Bersama dengan terapis, berbagai pilihan intervensi bisa jadi pilihan. Salah satunya dengan memodifikasi perilaku dan mengubah sedikit pola perilaku yang sudah terlanjur dibiasakan antara anak dan orang tua.


Didiagnosa dan jalan keluar hanya bisa ditegakan oleh para terapis seperti dokter atau psikolog. Apabila kamu memiliki pengalaman yang serupa ada baiknya untuk segera melakukan konseling seperti di ibunda.id yaa!


Sumber: Healthline.com


Masih Mau Baca-Baca Lagi?
Coba Cek Artikel Ini!

Anak & Remaja Ibunda.id dan Eternal Dream Berkomitmen Menghadirkan Game untuk Promosi dan Pencegahan Kesehatan Mental di Indonesia

Jakarta, 13 Desember 2024 – Ibunda.id, platform kesehatan mental terkemuka di Indonesia, dengan bangga mengumumkan kerjasama eksklusif dengan Eternal ...

Hubungan Relasi , Masalah Diri , Masalah Emosi , Perilaku Micro Cheating: Deteksi Awal Ancaman Perselingkuhan dalam Hubunganmu

Micro cheating adalah perilaku kecil yang sering dianggap sebagai bentuk keramahan, namun sebenarnya berpotensi merusak kepercayaan dalam hubungan. Wa ...

Masalah Diri , Masalah Emosi , Perilaku , Trauma Rekomendasi Terapi Untukmu Yang Punya Trauma

Seseorang yang memiliki trauma sangat rentan mengalami kecemasan, depresi, insecure, permasalahan tidur, panic attack, sulit berkonsentrasi, ataupun o ...

Komentar ( 0 )

Silakan verifikasi email '' untuk menggunakan layanan Ibunda.id