...
0
0
Hubungan Relasi , Masalah Diri , Masalah Emosi

Hati-hati sama Kebiasaan Guilt Trip, Hobi Menyalahkan Pasangan

avatar Athiya Nur Azzahra 27 May 2022 13 Pembaca
27 May 2022 13 Pembaca

Guilt trip merupakan kebiasaan memanipulasi emosi orang lain untuk merasa bersalah. Guilt trip ini seringkali ditemukan di hubungan romantis walaupun nggak jarang terjadi di hubungan non romantis seperti antara anak dan orang tuanya. 


Pokoknya, kalau kamu sudah merasa diajak untuk merasakan trip kesedihan atau kesalahanmu padanya, mungkin saja dia sedang berusaha memanipulasi emosimu.  Makanya nggak jarang rasanya kayak ditimpali kesalahan diri sendiri, padahal mungkin bukan salah kita sepenuhnya! 


Gambaran dari guilt trip ini misalnya dua hal dalam satu kalimat yang mengandung pernyataan dan penilaian yang sangat menyudutkan plus bertentangan dengan hal sebenarnya. Misalnya..


“Kamu nih udah nggak pernah luangin waktu untukku lagi, kamu emang udah nggak serius ya di hubungan ini!”


“Aku cuma minta perhatian aja kok, kamu nih selingkuh ya!” 


Nah, jelas bangetkan bentuk manipulasi dan menyudutkannya. 


BACA JUGA: Overthinking, Ketika Kamu Mencemaskan Hal yang Belum Terjadi



Penyebab Kamu Melakukan Guilt Trip

Kadang kebiasaan buruk yang kita lakukan ada penyebabnya dan sudah menjadi pola yang salah dengan waktu yang sangat lama. Beberapa penyebabnya seperti 


Kamu merasa menjadi si paling dominan dalam hubunganmu

Ketika seseorang memiliki power dan wibawa yang kuat dalam hubungan, ia akan merasa dominan untuk menguasai hubungan hingga emosi pasangannya. Sehingga dia bebas memutar balikan fakta, memberikan bumbu atau percikan kebohongan, hingga mengajak orang lain untuk mempercayai bentuk manipulasinya. 


Hmm, awas bisa jadi red flag nih!


Ketahanan emosimu masih buruk, ya?

Poin ini sih sering banget terjadi, karena rasanya nggak enaknya emosi bisa tersalurkan kepada orang lain. Padahal, alih-alih langsung marah-marah dan memberikan guilt trip, lebih baik kamu mengatur emosi, berbicara berdasarkan fakta, dan berusaha mencari jalan keluarnya bersama-sama. 


Ketidakmampuan melangkah sendiri tanpa bantuan orang lain 

Ada beberapa orang diantara kita yang belum mandiri secara emosional. Nggak beda jauh dengan ketahanan emosi yang masih buruk, orang yang nggak mampu melangkah sendiri tanpa bantuan orang lain juga bisa melakukan guilt trip. 


Karena mereka belum bisa mandiri, ketika mereka “dilepas” oleh orang lain, mereka jadi suka menyalahkan orang lain di atas kegagalannya.

Misalnya, seperti..


“Mama sih nggak nemenin aku tadi waktu tes. Aku jadi gagal kan tesnya!”


Padahal kalau dipikir-pikir gagal atau berhasilnya kita tergantung diri sendiri ya! Nah, Guilt Trip ini sering menjadi senjata para manipulator agar orang lain merasa bersalah dan segera menuruti keinginannya.


BACA JUGA: Rasanya Punya Pasangan dengan Peterpan Syndrome



Bedanya guilt trip vs amarah yang wajar

Kadang suka bingung untuk membedakan seseorang marah dengan porsi yang wajar atau sudah ditahap melampiaskan masalah kepada kita. 


Namun nggak perlu diambil pusing, lihat saja dari seberapa jauh kata-kata darinya mempengaruhi kondisimu. Kalau mendengarnya selalu bikin capek, sedih, dan menimbulkan perasaan bersalah terus menerus, mungkin dia sudah melakukan guilt trip kepadamu. 


Hubungan komunikasi yang baik adalah komunikasi yang mengandung mutualisme bagi keduanya dan saling bergerak kearah yang lebih baik. Kalau hubunganmu selalu dipenuhi kesedihan dan kegagalan, bisa jadi komunikasi yang terjalin sudah nggak sehat. Duh, coba refleksikan bareng pasangan, deh.


Kalau nantinya nggak menemukan jalan keluar, kamu bisa coba layanan konseling individu atau couple dengan psikolog di ibunda.id. Jangan terlalu lama bertahan di hubungan yang buruk ya!


BACA JUGA: Ciri Pacaran yang Sehat


sumber: psychologytoday, postingan instagram ibunda.id dan @studiodjiwa




Masih Mau Baca-Baca Lagi?
Coba Cek Artikel Ini!

Anak & Remaja , Masalah Diri , Masalah Emosi , Perilaku Psikolog Anak Bukan Sekedar untuk Anak yang Memiliki Gangguan

Mayoritas orang berpikir, psikolog anak diperlukan hanya ketika anak mengalami kesulitan belajar, gangguan emosi, ataupun permasalahan perilaku yang s ...

Anak & Remaja , Masalah Diri , Masalah Emosi , Trauma Fatherless: Ketidakhadiran Ayah Bisa Memicu Luka Inner Child

Seseorang yang tumbuh dewasa tanpa figur Ayah seringkali merasakan ada bagian dari dirinya yang hilang. Meskipun Ibu berusaha sangat keras mengambil a ...

Hubungan Relasi , Masalah Diri , Masalah Emosi , Perilaku Mengapa Kehilangan Sahabat Lebih Menyakitkan Dibanding Putus Cinta?

Berbeda dengan putus cinta, kehilangan sahabat seringkali menimbulkan kesepian mendalam dan trauma yang sulit sembuh. Selain keluarga, sahabat adalah ...

Komentar ( 0 )

Silakan verifikasi email '' untuk menggunakan layanan Ibunda.id