Perasaan kesepian, kesendirian, galau, hingga overthinking rasanya hobi banget bertahan dikepala. Asumsi-asumsi buruk kerap kali menghantui keseharian kita dan berusaha menguasainya.
Sebenarnya lumrah banget yang namanya manusia punya pikiran yang nggak nyaman seperti kesepian, kecemasan, perasaan takut sendiri, hingga galau nggak karuan. Sayangnya pikiran-pikiran yang masih asumsi belaka ini seringkali berusaha untuk menguasai diri kita hingga akhirnya kita ketakutan nggak bisa ngelakuin apa-apa. Di artikel kali ini, psikolog Rosma Fyki Kamala akan mencoba mengurai berbagai cara untuk menghadapi pikiran yang negatif ini. Yuk coba sambil kita pelajari bareng-bareng disini.
Pernah nggak di malam hari sebelum tidur bukannya berusaha untuk tidur tapi malah bikin asumsi sendiri dikepala seperti ini..
“Kenapa ya rasanya aku susah banget dapet pacar?”
“Jangan-jangan aku nggak menarik?”
“Capek banget sendirian terus nggak cocok sama siapa-siapa..”
Semua pikiran nggak enak itu sebenarnya terjadi karena terbatasnya kontak sosial dengan sesama. Misalnya aja karena perpindahan tempat tinggal, atau perginya seseorang yang membuat kita merasa kehilangan. Selain itu, kesepian juga bisa terjadi karena jarak emosional dengan orang lain, seperti yang terjadi ketika kita berkumpul dengan orang lain tapi masih merasakan sepi.
Jika alasan yang kedua adalah yang menyebabkan rasa sepi, berarti sudah waktunya kita perlu menilai kembali kualitas hubungan emosi kita dengan teman dan keluarga. Kali ini, psikolog Rosma akan memberikan opininya tentang cara mengelola emosi negatif yang seringkali mengganggu keseharian kita.
1. Apapun Perasaanmu itu Merupakan Perasaan yang Valid
Poin yang pertama, mungkin kita perlu menyadari bahwa setiap perasaan baik positif atau negative adalah sesuatu yang valid dan perlu kita terima. Seperti halnya perasaan bahagia yang kita terima dengan baik, perasaan sedih, marah, kecewa juga perlu kita terima adanya.
2. Amati Bagaimana Perasaan itu Muncul
Kita perlu mengamati bagaimana munculnya perasaan negatif tersebut. Adakah situasi yang menyebabkan munculnya perasaan negatif? Atau perasaan negatif muncul dari pikiran kita sendiri? Jika perasaan negatif muncul karena situasi tertentu, kita bisa memperhatikan polanya dan mencoba alternatif koping yang lebih adaptif. Sedangkan jika perasaan negative muncul dari pikiran, kita bisa mencoba untuk menulis pikiran apa yang memunculkan perasaan negatif tersebut? Evaluasi kembali pikiran tersebut saat kondisi emosi lebih tenang ya.
3. Melakukan Suatu Usaha Agar Bisa Merasa Lebih Baik
Pada saat perasaan negatif datang, ada baiknya kita aktif melakukan beberapa hal seperti aktivitas yang disukai dan mengalihkan pikiran buruknya untuk mengurangi perasaan negatif.
Aktivitas yang mungkin bisa dilakukan sesimpel membuat raut wajah tersenyum. Rasanya memang sulit untuk tersenyum ya saat perasaan negatif muncul? Akan tetapi, ekspresi wajah tersenyum bisa membuat kita berpikir lebih positif dan merasa lebih baik. Coba deh praktekkan tersenyum sambil memikirkan pengalaman negatif, pasti lebih sulit. Sebaliknya, ketika ekspresi wajah kita muram, perasaan kita cenderung menjadi negative dan kita jadi lebih mudah memikirkan hal-hal negatif.
BACA JUGA: Langkah Tepat Jika Seseorang Mengalami Pelecehan Seksual
Ketika Perasaan Negatifmu Sudah Menguat dan jadi Overthinking
Cara termudah untuk mengelola overthinking adalah dengan membedakan fakta dan asumsi didalamnya. Fakta adalah sesuatu yang kita tahu dan terbukti kebenarannya sementara asumsi adalah sesuatu yang kita pikir itu benar, tanpa bukti yang jelas.
“Dia tidak menyapa kita saat berpapasan adalah fakta, tetapi dia tidak menyukaiku adalah asumsi”
“Mendapat nilai jelek di satu mata kuliah adalah fakta, tetapi aku bodoh adalah asumsi”
Untuk membedakan fakta dan asumsi, kita perlu melakukan evaluasi terhadap pikiran kita. Beberapa pertanyaan yang bisa membantu seperti:
Adakah bukti yang mendukung pikiran tersebut?
Sebaliknya, adakah bukti yang menunjukkan kebalikannya?
Adakah alasan atau penjelasan lain?
Jadi sebenarnya perasaan negatif, pemikiran buruk, hingga overthinking merupakan sesuatu yang bisa kita kendalikan, ya. Sebab sumbernya sendiri ada di kepala kita. Nah kalau kamu merasa butuh seorang profesional untuk membahas ini, kamu bisa banget booking sesi konseling dengan psikolog Rosma. Caranya mudah, tinggal klik disini ya
BACA JUGA: Berdamai dengan Masa Lalu, Berteman dengan Traumamu
Beck, J. S. (2020). Cognitive behavior therapy (3rd ed.). Guilford Press.
Heun, R. (2018). A systematic review on the effect of Ramadan on mental health: minor effects and no harm in general, but increased risk of relapse in schizophrenia and bipolar disorder. Global Psychiatry, 1(1), 7-16.
Lotfi, S., Rahmoun, S., Saydi, S., Madani, M., Tazi, A., & Talbi, M. (2013). Changes in states of anxiety and psychosomatic reactions in competition periods during the ramadan fasting. International Journal of Advances in Psychology, 2(2), 112-117.
Nasiri, M., & Lotfi, A. (2020). Effect of Fasting on Spiritual Health, Mental Health, and Control of Aggression. Journal of Nutrition, Fasting and Health, 8(3), 169-175.
Mental Health Check-Up (MHCU) itu cocok untuk kamu yang akhir-akhir ini sering mengalami stress, overthinking, cemas akan masa depan, dan sulit mengel ...
Seseorang yang memiliki trauma sangat rentan mengalami kecemasan, depresi, insecure, permasalahan tidur, panic attack, sulit berkonsentrasi, ataupun o ...
Seseorang yang berada dalam fase depresi seringkali merasa sedih, merasa bersalah, putus asa, mudah tersinggung, kehilangan motivasi beraktivitas, dan ...
Silakan verifikasi email '' untuk menggunakan layanan Ibunda.id
waaah