Saat masih menjadi mahasiswa kita mungkin merasa akan sangat menyenangkan usai tuntas dari kuliah. Harapannya bisa melanjutkan studi sembari berlibur ke luar negeri, serta bekerja dan memiliki penghasilan sendiri, atau sekecil bebas dari tanggungan tugas perkuliahan.
Tapi, faktanya bagi fresh graduate kehidupan setelah kuliah justru lebih sulit. Semua tidak seindah yang kita bayangkan. Sebagian dari kita justru mengalami:
Kebingungan untuk merencanakan karir.
Sulitnya mendapat pekerjaan sesuai keinginan.
Kegagalan mengikuti seleksi sekolah lanjutan atau beasiswa.
Hal ini kemudian membuat kita terjebak dalam perasaan insecure, cemas, dan tidak berharga. Hal ini umumnya disebut juga dengan Post Graduation Blues.
Beberapa Tanda Jika Kamu Mengalami Post Graduation Blues
Merasa bersalah dan membenci diri sendiri
Kita mungkin akan mulai menyesali waktu yang kita habiskan saat di perguruan tinggi dulu. Seperti tidak mengikuti aktivitas seperti magang atau tidak belajar seserius mungkin.
Rasa insecure terhadap pencapaian teman lain
Kita mungkin merasa tidak percaya diri dan mulai merasa tidak adil sebab orang lain mendapatkan posisi yang kita mau.
Merasa putus asa dengan impian di masa depan
Saat menggunakan media sosial mungkin memberi kesan bahwa semua teman sekelas kita melakukan kesibukannya usai lulus kuliah dengan luar biasa. Sehingga membuat kita merasa semakin terpuruk dan putus asa.
BACA JUGA: Sering Overthinking? Ini Cara Mengatasinya!
Kehilangan motivasi
Kita juga mungkin sulit untuk bergerak maju karena seolah semua jalan di depan tampak penuh dengan lubang dan tikungan tajam. Sehingga kita kesulitan mendorong diri sendiri untuk mengirimkan berkas lamaran kerja.
Tidak ingin mengurus diri sendiri
Kita mungkin mulai tidak mengontrol atau memperhatikan aktivitas kecil, seperti makan atau tidur. Seperti terus-menerus lapar atau justru malas untuk mengonsumsi apapun. Siklus tidur kita juga mungkin menjadi tidak teratur sehingga kita terus menerus merasa lelah atau kesulitan untuk tidur.
Brain fog
Brain fog ditandai dengan:
Sulitnya fokus pada aktivitas yang kita kerjakan
Mudahnya kita lupa akan hal-hal sederhana seperti letak kunci.
Sulitnya mengambil keputusan kecil, seperti apa yang harus dimakan.
Alasan Kamu Perlu Mewajari Fase Ini
Tidak semua orang yang lulus dari kuliah akan siap menghadapinya. Hal ini juga merupakan fase transisi yang menuntut kita untuk mampu beradaptasi.
Pada fase ini kita akan menanggung banyak sekali tuntutan dan ekspektasi yang terkadang secara realistis tidak dapat kita capai sebagai fresh graduate. Misalnya, mampu mendapatkan pekerjaan dengan gaji besar.
Oleh sebab itu, sebetulnya sangat wajar jika kita sering merasa cemas, stres, dan putus asa saat melaluinya.
BACA JUGA: Sering Tiba-Tiba Nggak Bisa Ngontrol Emosi, Aku Ini Lagi Kenapa Sih?
Cara Keluar dari Fase Ini
Lakukan beberapa hal ini ya!
Kamu juga perlu sadar jika tidak semua hal akan berjalan mulus sesuai yang kita harapkan.
Tidak semua ucapan orang lain juga perlu kamu dengarkan. Sebab hanya kamu yang tau prosesmu.
Terima apapun kelalaian atau kesalahan di masa lalu dan mulai maafkan diri sendiri.
Terakhir, jangan lupa berterima kasih pada diri sendiri karena mampu bertahan hingga saat ini.
Kamu juga bisa melakukan hal-hal ini
Lakukan hobi atau aktivitas kecil secara teratur.
Mulai hubungi teman teman lama agar tidak merasa terisolasi.
Manfaatkan jaringan alumni untuk membantumu meraih impian.
Kamu belum gagal dan belum terlambat untuk memulai lagi. Jadi jangan menyerah ya!
Kalau bingung kamu bisa coba mentoring tentang cara untuk hadapin kondisi ini di kelas online Insight Me yang berjudul “Sukses Lewati Quarter Life Crisis Happy”.
Mau kepoin kelasnya bisa langsung ke website insightme.id ya!
Referensi:
Healthline
Pengalaman traumatis atau luka emosional akan memicu otak menyembunyikan memori menyakitkan dan emosi di alam bawah sadar untuk menghindari trigger da ...
Mayoritas orang beranggapan menjaga kesehatan cukup dengan medical check-up, namun sering lupa bahwa kesehatan mental juga membutuhkan perhatian seriu ...
International Labour Organization (ILO) merilis data bahwa 63% pekerja di Indonesia mengalami permasalahan kesehatan mental berupa stress, burnout, ke ...
Silakan verifikasi email '' untuk menggunakan layanan Ibunda.id