Hidup serumah 24/7 sama orang tua nggak dipungkiri bikin kita sulit untuk cocok dan nyaman dalam berkomunikasi. Rasanya ada aja komentar-komentar seperti “Kamu kerjanya apa sih kok dirumah terus?” atau pertanyaan yang lebih sensitif seperti “Kok kamu belum nikah sama si itu? Kenapa?” Sebenarnya wajar banget kalau kita ngerasa nggak cocok sama orang tua. Faktanya, beberapa kenyataan memang terjadi dan nggak bisa kita pungkiri. Misalnya aja berbagai perbedaan seperti usia dan masa yang mempengaruhi perbedaan pola pikir. Selain itu, adanya pengalaman yang berbeda sepanjang hidup orang tua dan kita juga sering kali bikin cekcok masalah kecil dalam keluarga. Belum lagi adanya kemajuan teknologi dan kecanggihan lainnya.
BACA JUGA: Dibesarkan Orang Tua yang Belum Dewasa Secara Emosional
Hal yang perlu kita ingat dalam hidup berdampingan sama orang tua Nggak perlu dipaksakan juga kok, tapi coba ingat beberapa hal ini. Tentunya orang tua lahir lebih dulu darimu. Jadi coba untuk tetap menghargai mereka ya. Kalau ada yang nggak cocok, kamu bisa diam dan mengambil jeda dulu. Setelah itu, baru lanjutkan maksud dan tujuanmu dengan asertif a.k.a nggak pake emosian. Hal ini emang sulit banget, tapi plis dicoba dulu karena balik lagi, orang tua tetap harus kita hormati. Karena zaman mereka berbeda dengan kita, jadi pola pikirnya pasti berbeda juga. Masalah yang dikeluhkan, exit plan yang ditawarkan, sampai jalan keluar terbaik yang bisa dipilih juga tentunya berbeda-beda. Komplain dan “rewel” mereka sebenarnya bentuk sayang sama kamu kok! Well, bukannya menceramahimu, tapi sikap orang tua yang konservatif dan kurang ngikutin jaman sebenarnya juga bermaksud melindungimu kok. Misalnya, jangan pulang malam ya karena banyak bahaya yang bisa terjadi di malam hari, kan?
BACA JUGA: Parentification, Paksaan Dewasa Sedari Kecil
Beberapa hal yang bisa kamu lakukan menjalani hari-harimu Set batasan yang jelas. Kamu prioritas untuk tubuh, mental, dan emosionalmu. Berikan waktu untukmu istirahat, bekerja, atau membantu orang tua. Jangan segalanya dikerjakan sehingga kamu nggak ada batasan yang jelas dalam melakukan sesuatu ya. Menghargai dan menghormati dengan tata bahasa dan sikap. Kamu juga bisa membuat beberapa batasan topik yang kamu ingin hindari. Misalnya pernikahan atau gaji yang mungkin menurutmu sensitif. Kalau kamu mendapatkan beberapa topik bahasan ini, kamu bisa menolaknya atau menghindari topiknya seperti “Do’ain aja ya, ma!” “Semoga yang baik-baik terjadi ya, pa!” Kontrol dirimu sendiri. Jangan lupa juga untuk tetap mengontrol dan stay on track pada keinginanmu sendiri. Jangan sampai ada pihak lain yang berusaha “menyetir” cita-citamu. Kalau pun orang tua, coba ungkapkan dengan jelas keinginan dan caramu mendapatkannya. Mudah-mudahan orang tuamu tetap bisa memahaminya dengan hati yang lembut ya.. BACA JUGA: Trauma yang Bertahan Menahun Tips Ketika Masalah Sudah Terlanjur Terjadi Nggak bisa dipungkiri juga, terkadang masalah sudah terlalu luas dan berat terjadi di keluarga kita. Coba deh beberapa langkah-langkah ini Ada beberapa langkah untuk mengidentifikasi masalah; yang pertama adalah menyadari bahwa ada masalah. Selanjutnya, tentukan siapa saja pihak-pihak yang menjadi bagian dari masalah. Apakah anak pertama dengan ibu, ibu dengan ayah, atau beberapa orang di dalam keluarga. Selanjutnya baru untuk mendefinisikan masalah yang ingin dipecahkan bersama. Evaluasi tiap opsi jalan keluar masalah dengan seolah-olah opsi itu bisa dilakukan. Misalnya, buat daftar pro dan kontra untuk setiap saran. Bahas satu persatu opsi dengan terbuka di dalam keluarga. Setelah itu jangan lupa evaluasi ulang solusi yang dipilih setelah memilihnya. Apakah solusinya berhasil? Apakah perlu mencoba opsi lain? Nggak jarang konflik besar anak dan orang tua bermulai dari hal kecil dikehidupan sehari-hari. Punya isu yang belum terselesaikan dengan orang tuamu? Coba ajak orang tuamu untuk konseling di ibunda.id yuk. sumber: familyeducation Identifikasi Masalah
Memisahkan Masalah yang Ada
Ada kalanya masalah datang bertubi-tubi padahal masalah intinya hanya satu hal. Di sini, kamu sebagai anggota keluarga perlu memecah dulu masalah mana yang dirasa paling penting dan harus diselesaikan lebih dulu. Siapa tahu, dengan masalah inti selesai maka masalah-masalah kecil lainnya akan ikut terselesaikan.
Evaluasi Ulang
Mayoritas orang berpikir, psikolog anak diperlukan hanya ketika anak mengalami kesulitan belajar, gangguan emosi, ataupun permasalahan perilaku yang s ...
Seseorang yang tumbuh dewasa tanpa figur Ayah seringkali merasakan ada bagian dari dirinya yang hilang. Meskipun Ibu berusaha sangat keras mengambil a ...
Berbeda dengan putus cinta, kehilangan sahabat seringkali menimbulkan kesepian mendalam dan trauma yang sulit sembuh. Selain keluarga, sahabat adalah ...
Silakan verifikasi email '' untuk menggunakan layanan Ibunda.id